BLOGGER TEMPLATES AND Blogger Templates »

Rabu, 16 Mei 2012

Cinta Monyet Atau Cinta Kucing

   Malam-malam gini jadi teringat bedanya gaya cara dan menerima cinta zaman sekarang dan zaman SD dulu. Satu hal yg gue sadarin, kenapa kisah cinta zaman SD itu disebut cinta monyet. Seperti gue dulu yg gak perduli bisa bahasa inggris ato gak yg penting ngomong aja juga gak perduli reaksi dia bakalan kayak gimana, gak perduli rambuat acak-acakan maupun baju yg gak maching ama celana, gak perduli mau jemput dia pake sepeda jelek ato jalan kaki dan hanya satu yg perduli; gue dapat perhatian dari orang yg gue suka.
   Mungkin orang dewasa melihatnya bodoh seperti monyet. Tapi bagi gue ini adalah problemnya orang dewasa yg gak lagi kayak anak kecil. Untuk cinta aja harus melalui banyak pertimbangan seperti harus sama agama, ganteng ato cantik, berdompet tebal, memiliki mobil yg berlambang H ato S ato malah lambang KUDA berdiri, harus bisa buat nyaman, harus bisa jagain dideketnya, harus bisa deket ato kenal dgn orang tua...bla bla bla bla bla....kemana gaya cinta-cintaan zaman SD dulu?
   Kemana sikap masa bodoh dan hanya mementingkan satu yaitu SAYA SUKA SAMA DIA. hmmm...semua sudah berbeda. Kalo gitu orang jaman sekarang bisa mencintai hanya karna kriteria mereka ato kesempurnaan yg didapatkan dari pasangan mereka, mungkin itu bisa disebut cinta kucing. Ya sama seperti kucing persia yg sempurna dan tidak boleh catat saat hendak dipilih sebagai binatang peliharaan.

Ungkapan Raditya Dika

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…

Dan aku benci untuk kehilangan kamu :(